admin@istekicsadabjn.ac.id

Follow Us:

JAWAB MIMPI GENERASI MILENIAL, KAMPUS UNGU HADIRKAN PROGRAM STUDI BISNIS DIGITAL

Presiden Jokowi mendorong Perguruan Tinggi membantu jurusan yang dapat menjawab kebutuhan zaman, bukan jurusan yang konservatif atau ketinggalan zaman. Perguruan Tinggi harus berani membuka jurusan-jurusan baru yang sesuai dengan era industry 4.0 dan society 5.0 bahkan mampu memprediksi kebutuhan yang akan datang. Harapan Presiden Jokowi tersebut sejalan deangan harapan dari Yayasan penyelenggara Kampus Ungu untuk memperluas peran dalam menyiapkan generasi bangsa yang buka hanya siap menghadapi peruabahan tetapi juga siap membangun perdaban.

Kampus Ungu ISTeK ICsada Bojonegoro yang awalnya hanya hadir untuk menyiapkan saat ini tepat di Bulan Juli 2022, Kampus Ungu juga menawarkan prodi baru bagi calon mahasiswa, salah satunya prodi Bisnis Digital program sarjana (S1). Prodi ini diharapkan dapat memnuhi kebutuhan dunia dan industri serta kebutuhan dunia kerja. Lulusan prodi Bisnis Digital dapat bekerja di banyak sektor diantaranya sektor keuangan dan perbankan, sector kebudayaan dan pariwisata, sektor ekonomi kreatif, sektor agrolistik, dan sektor kesehatan.

Kita ulas satu persatu yuk !

1. Industri Digital

Transformasi digital terus diupayakan di berbagai lini kehidupan masyarakat. Intensifikasi transformasi digital ini pun berimplikasi pada peningkatan kebutuhan talenta digital. Talenta-talenta digital inilah yang akan menjadi navigator utama penggerak ekosistem digital. Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate menjelaskan di tengah laju peningkatan kebutuhan talenta digital yang signifikan, terdapat kesenjangan talenta digital dan peluang kerja. Misalnya saja di kawasan Asia Pasifik, lebih dari 50% CEO menemui kesulitan untuk merekrut talenta digital dengan keterampilan yang tepat. Pada 2030 diproyeksikan terjadi kekurangan sebanyak 47 juta talenta digital di kawasan ini. Kesenjangan talenta digital tersebut, menurutnya harus disikapi dengan serius, terlebih lagi cita-cita Indonesia menjadi bangsa yang kompetitif di kancah global.

2. Sektor Perbankan

Industri perbankan merupakan salah satu sektor yang membutuhkan talenta digital tinggi. Teknologi sudah menjadi core bisnis pada perbankan dalam melayani kebutuhan nasabah saat ini. Untuk itu, diperlukan banyak Sumber Daya Manusia (SDM) yang betul-betul mengerti teknologi agar pondasi digitalisasinya kuat. Sejumlah bank mengaku masih kekurangan talenta digital saat ini, salah satunya PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Dalam lima tahun ke depan, BCA memperkirakan kebutuhan talenta digital di BCA akan mencapai sekitar 4.000- 5.000.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan memandang bahwa perbankan merupakan sektor yang paling terdepan dalam mempertahankan talenta digitalnya saat ini. Pasalnya, bank berupaya memberikan benefit dan kenyamanan bagi SDM-nya untuk tetap bertahan mengingat IT saat ini sudah menjadi core dalam bisnis perbankan. Trioksa melihat bahwa perbankan mau mengeluarkan biaya besar untuk mendapatkan talenta digital yang bagus. Oleh karena itu, dia mengatakan bahwa perbankan tidak akan sulit mendapatkan talenta digital. BCA pada dasarnya lebih suka merekrut dan mendidik lulusan baru karena mendidik itu mudah asalkan individunya tekun, mau belajar, serta bisa berkerjasama dan membangun hubungan dengan tim maupun fungsi-fungsi yang lain.

3. Sektor Pariwisata

Salah satu faktor pendorong pertumbuhan pada sektor pariwisata adalah pergeseran preferensi masyarakat dalam memanfaatkan teknologi digital saat pandemi. Oleh karena itu, upaya pengembangan sektor ini perlu mengoptimalkan peran platform digital dalam mempromosikan produk dan destinasi wisata. Cara-cara yang bisa dilakukan antara lain adalah meningkatkan penggunaan user-generated content, menyediakan infrastruktur digital, dan SDM yang kompeten.
Dudi Arisandi, Chief People Officer Tiket.com juga menegaskan sesuai dengan era Tourism 4.0, Tiket.com dituntut bisa beradaptasi dengan situasi digital industri mutakhir, terutama dalam menyiapkan SDM yang paham teknologi digital sangatlah dominan. Pada tahun ini Tiket.com membuka lowongan untuk ditempatakan di 18 posisi teknologi digital yang ditujukan bagi lulusan minimal S1, baik fresh graduate maupun berpengalaman.

4. Sektor Ekonomi

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menargetkan Indonesia memiliki 200 usaha rintisan baru atau startup pada tahun 2022 dan akan meningkat menjadi 300 startup di tahun depan. Terus naiknya target jumlah startup itu tak lain agar bisa menyerap lebih banyak lagi lapangan pekerjaan. Menurut Sandiaga, munculnya startup-startup baru bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia.
Selain kebutuhan talenta digital sebagai tantangan, Indonesia juga perlu menilik potensi digital yang dimiliki saat ini. Indonesia menjadi rumah bagi 2.229 startup atau terbanyak kelima di dunia, bahkan Indonesia juga memiliki satu startup decacorn dan 8 startup unicorn inovasi anak bangsa. Cara berpikir yang visioner sangat penting agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga menjadi pemain utama pada kontestasi di level regional maupun global.

5. Sektor Agrolistik

Pixel berencana menambah tenaga kerja dan talenta digital setelah mendapatkan pendanaan dari sejumlah perusahaan besar senilai 341 miliar. Co Founder Paxel Zaldy Ilham Masita menjelaskan telah mendapatkan pendanaan dari PT Astra Digital Internasional (ADI), anak usaha PT Astra Internasional Tbk, serta SIG dari China, Endeavor dan FJ Labs dari Amerika Serikat. Hal tersebut menjadi peluang startup logistik di Indonesia untuk berkembang. Apalagi lanjutnya, sejak pandemi 2 tahun lalu, kontribusi dari perusahaan startup di Indonesia juga cukup tinggi. Indonesia juga membutuhkan banyak startup baru untuk membuka lapangan kerja yang lebih luas dengan melakukan transformasi digital.

6. Sektor Kesehatan

Sampai dengan 2030, Indonesia diprediksi akan membutuhkan setidaknya 9 juta talenta digital, termasuk di sektor healthtech. Dari segi bisnis, startup healthtech di Indonesia diproyeksikan terus berkembang. Hal ini dikarenakan tingginya minat investor untuk menanamkan modalnya. Salah satu contoh adalah Halodoc yang berhasil mendapatkan pendanaan seri C US$ 80 juta atau sekitar Rp 1,16 triliun. Minat investor didorong oleh semakin meleknya masyarakat Indonesia terhadap kesehatan.
Merujuk pada data Statista tahun 2020, Indonesia menempati peringkat ketiga global dalam hal pemanfaatan aplikasi kesehatan. Dalam Statista Global Consumer Survey, 57 % masyarakat Indonesia menyatakan menggunakan aplikasi kesehatan, lebih tinggi dari Amerika Serikat 44 % dan Inggris 39 %. Merujuk pada tingginya angka tersebut, pemerintah berupaya memprioritaskan penguatan SDM talenta digital dari level basic hingga advance untuk mewujudkan layanan kesehatan yang semakin efektif dan efisien.

Contact Info

Quick Links

PMB

Ormawa

LPM

Ajuan Surat

Daftar Skripsi

Support Links

SISTER

E-Library

E-Learning

Jurnal

CBT

Information PMB

Biaya Kuliah

Jalur Pendaftaran

Beasiswa

Keunggulan

Peluang Kerja

© 2022 ISTeK ICsada Bojonegoro

 

Created by. Defri Pria Wicaksana