Bojonegoro – Pondok pesantren menjadi salah satu penyumbang kasus penyakit berbasis kebersihan yang cukup tinggi, seperti Diare, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Tipus, dan Scabies. Minimnya kesadaran akan kebersihan diri di lingkungan pesantren berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian penyakit tersebut. Hal ini mendorong Devi Endah Saraswati, S.ST., M.Kes., dosen Kebidanan Kampus Ungu ISTeK ICsada Bojonegoro, untuk melakukan penelitian terkait efektivitas promosi kesehatan dalam meningkatkan perilaku kebersihan santri.
Penelitian yang dilakukan pada tahun akademik 2024/2025 semester ganjil ini menemukan bahwa sebelum intervensi, rata-rata perilaku kebersihan diri santri hanya mencapai 52,35%. Kebersihan gigi dan mulut menjadi salah satu aspek yang paling kurang diperhatikan. Setelah diterapkan program promosi kesehatan dan pembentukan 10 role model kebersihan diri, angka tersebut meningkat menjadi 81,14%.
“Pesantren menjadi lingkungan yang rawan dalam penyebaran penyakit berbasis kebersihan. Oleh karena itu, promosi kesehatan harus menjadi prioritas. Dari hasil penelitian, intervensi berbasis edukasi terbukti efektif dalam meningkatkan kesadaran dan kebiasaan kebersihan santri,” ujar Devi Endah Saraswati dalam Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat yang digelar LPPM Kampus Ungu pada 18 Februari 2025 di Ruang Micro Teaching, Gedung Kampus 2.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pesantren dalam menerapkan kebijakan kebersihan yang lebih ketat. Dengan edukasi yang berkelanjutan dan peran aktif seluruh elemen pesantren, lingkungan yang lebih sehat dan terbebas dari penyakit berbasis kebersihan dapat terwujud.